Kamis, 17 Januari 2013

peristiwa renglas dengklok

Para pemuda pejuang, termasuk Chaerul Saleh, Sukarni, dan Wikana --yang konon kabarnya terbakar gelora heroismenya setelah berdiskusi dengan Ibrahim gelar Datuk Tan Malaka --yang tergabung dalam gerakan bawah tanah kehilangan kesabaran, dan pada dini hari tanggal 16 Agustus 1945. Bersama Shodanco Singgih, salah seorang anggota PETA, dan pemuda lain, mereka membawa Soekarno (bersama Fatmawati dan Guntur yang baru berusia 9 bulan) dan Hatta, ke Rengasdengklok, yang kemudian terkenal sebagai peristiwa Rengasdengklok. Tujuannya adalah agar Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta tidak terpengaruh oleh Jepang. Di sini, mereka kembali meyakinkan Soekarno bahwa Jepang telah menyerah dan para pejuang telah siap untuk melawan Jepang, apa pun risikonya. Di Jakarta, golongan muda, Wikana, dan golongan tua, yaitu Mr. Ahmad Soebardjo melakukan perundingan. Mr. Ahmad Soebardjo menyetujui untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia di Jakarta. maka diutuslah Yusuf Kunto untuk mengantar Ahmad Soebardjo ke Rengasdengklok. Mereka menjemput Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta kembali ke Jakarta. Mr. Ahmad Soebardjo berhasil meyakinkan para pemuda untuk tidak terburu - buru memproklamasikan kemerdekaan. Setelah tiba di Jakarta, mereka pulang kerumah masing-masing. Mengingat bahwa hotel Des Indes (sekarang kompleks pertokoan di Harmoni) tidak dapat digunakan untuk pertemuan setelah pukul 10 malam, maka tawaran Laksamana Muda Maeda untuk menggunakan rumahnya (sekarang gedung museum perumusan teks proklamasi) sebagai tempat rapat PPKI diterima oleh para tokoh Indonesia.

[sunting] Pertemuan Soekarno/Hatta dengan Jenderal Mayor Nishimura dan Laksamana Muda Maeda

Malam harinya, Soekarno dan Hatta kembali ke Jakarta. Mayor Jenderal Moichiro Yamamoto, Kepala Staf Tentara ke XVI (Angkatan Darat) yang menjadi Kepala pemerintahan militer Jepang (Gunseikan) di Hindia Belanda tidak mau menerima Sukarno-Hatta yang diantar oleh Tadashi Maeda dan memerintahkan agar Mayor Jenderal Otoshi Nishimura, Kepala Departemen Urusan Umum pemerintahan militer Jepang, untuk menerima kedatangan rombongan tersebut. Nishimura mengemukakan bahwa sejak siang hari tanggal 16 Agustus 1945 telah diterima perintah dari Tokyo bahwa Jepang harus menjaga status quo, tidak dapat memberi izin untuk mempersiapkan proklamasi Kemerdekaan Indonesia sebagaimana telah dijanjikan oleh Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam. Soekarno dan Hatta menyesali keputusan itu dan menyindir Nishimura apakah itu sikap seorang perwira yang bersemangat Bushido, ingkar janji agar dikasihani oleh Sekutu. Akhirnya Sukarno-Hatta meminta agar Nishimura jangan menghalangi kerja PPKI, mungkin dengan cara pura-pura tidak tau. Melihat perdebatan yang panas itu Maeda dengan diam-diam meninggalkan ruangan karena diperingatkan oleh Nishimura agar Maeda mematuhi perintah Tokio dan dia mengetahui sebagai perwira penghubung Angkatan Laut (Kaigun) di daerah Angkatan Darat (Rikugun) dia tidak punya wewenang memutuskan.
Setelah dari rumah Nishimura, Sukarno-Hatta menuju rumah Laksamana Maeda (kini Jalan Imam Bonjol No.1) diiringi oleh Myoshi guna melakukan rapat untuk menyiapkan teks Proklamasi. Setelah menyapa Sukarno-Hatta yang ditinggalkan berdebat dengan Nishimura, Maeda mengundurkan diri menuju kamar tidurnya. Penyusunan teks Proklamasi dilakukan oleh Soekarno, M. Hatta, Achmad Soebardjo dan disaksikan oleh Soekarni, B.M. Diah, Sudiro (Mbah) dan Sayuti Melik. Myoshi yang setengah mabuk duduk di kursi belakang mendengarkan penyusunan teks tersebut tetapi kemudian ada kalimat dari Shigetada Nishijima seolah-olah dia ikut mencampuri penyusunan teks proklamasi dan menyarankan agar pemindahan kekuasaan itu hanya berarti kekuasaan administratif. Tentang hal ini Bung Karno menegaskan bahwa pemindahan kekuasaan itu berarti "transfer of power". Bung Hatta, Subardjo, B.M Diah, Sukarni, Sudiro dan Sajuti Malik tidak ada yang membenarkan klaim Nishijima tetapi di beberapa kalangan klaim Nishijima masih didengungkan.
Setelah konsep selesai disepakati, Sajuti menyalin dan mengetik naskah tersebut menggunakan mesin ketik yang diambil dari kantor perwakilan AL Jerman, milik Mayor (Laut) Dr. Hermann Kandeler.[2] Pada awalnya pembacaan proklamasi akan dilakukan di Lapangan Ikada, namun berhubung alasan keamanan dipindahkan ke kediaman Soekarno, Jalan Pegangsaan Timur 56[3] (sekarang Jl. Proklamasi no. 1).

[sunting] Detik-detik Pembacaan Naskah Proklamasi

Naskah asli proklamasi yang ditempatkan di Monumen Nasional
Perundingan antara golongan muda dan golongan tua dalam penyusunan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia berlangsung pukul 02.00 - 04.00 dini hari. Teks proklamasi ditulis di ruang makan di laksamana Tadashi Maeda Jln Imam Bonjol No 1. Para penyusun teks proklamasi itu adalah Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, dan Mr. Ahmad Soebarjo. Konsep teks proklamasi ditulis oleh Ir. Soekarno sendiri. Di ruang depan, hadir B.M Diah Sayuti Melik, Sukarni dan Soediro. Sukarni mengusulkan agar yang menandatangani teks proklamasi itu adalah Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta atas nama bangsa Indonesia. Teks Proklamasi Indonesia itu diketik oleh Sayuti Melik. Pagi harinya, 17 Agustus 1945, di kediaman Soekarno, Jalan Pegangsaan Timur 56 telah hadir antara lain Soewirjo, Wilopo, Gafar Pringgodigdo, Tabrani dan Trimurti. Acara dimulai pada pukul 10:00 dengan pembacaan proklamasi oleh Soekarno dan disambung pidato singkat tanpa teks. Kemudian bendera Merah Putih, yang telah dijahit oleh Ibu Fatmawati, dikibarkan, disusul dengan sambutan oleh Soewirjo, wakil walikota Jakarta saat itu dan Moewardi, pimpinan Barisan Pelopor.
Pada awalnya Trimurti diminta untuk menaikkan bendera namun ia menolak dengan alasan pengerekan bendera sebaiknya dilakukan oleh seorang prajurit. Oleh sebab itu ditunjuklah Latief Hendraningrat, seorang prajurit PETA, dibantu oleh Soehoed untuk tugas tersebut. Seorang pemudi muncul dari belakang membawa nampan berisi bendera Merah Putih (Sang Saka Merah Putih), yang dijahit oleh Fatmawati beberapa hari sebelumnya. Setelah bendera berkibar, hadirin menyanyikan lagu Indonesia Raya.[4]. Sampai saat ini, bendera pusaka tersebut masih disimpan di Museum Tugu Monumen Nasional.
Setelah upacara selesai berlangsung, kurang lebih 100 orang anggota Barisan Pelopor yang dipimpin S.Brata datang terburu-buru karena mereka tidak mengetahui perubahan tempat mendadak dari Ikada ke Pegangsaan. Mereka menuntut Soekarno mengulang pembacaan Proklamasi, namun ditolak. Akhirnya Hatta memberikan amanat singkat kepada mereka.[5]

Pada tanggal 18 Agustus 1945, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) mengambil keputusan, mengesahkan dan menetapkan Undang-Undang Dasar (UUD) sebagai dasar negara Republik Indonesia, yang selanjutnya dikenal sebagai UUD 45. Dengan demikian terbentuklah Pemerintahan Negara Kesatuan Indonesia yang berbentuk Republik (NKRI) dengan kedaulatan di tangan rakyat yang dilakukan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) yang akan dibentuk kemudian.
Setelah itu Soekarno dan M.Hatta terpilih atas usul dari Oto Iskandardinata dan persetujuan dari PPKI sebagai presiden dan wakil presiden Republik Indonesia yang pertama. Presiden dan wakil presiden akan dibantu oleh sebuah Komite Nasional.

latar belakang proklamasi

Pada tanggal 6 Agustus 1945 sebuah bom atom dijatuhkan di atas kota Hiroshima Jepang oleh Amerika Serikat yang mulai menurunkan moral semangat tentara Jepang di seluruh dunia. Sehari kemudian Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia BPUPKI, atau "Dokuritsu Junbi Cosakai", berganti nama menjadi PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) atau disebut juga Dokuritsu Junbi Inkai dalam bahasa Jepang, untuk lebih menegaskan keinginan dan tujuan mencapai kemerdekaan Indonesia. Pada tanggal 9 Agustus 1945, bom atom kedua dijatuhkan di atas Nagasaki sehingga menyebabkan Jepang menyerah kepada Amerika Serikat dan sekutunya. Momen ini pun dimanfaatkan oleh Indonesia untuk memproklamasikan kemerdekaannya.
Indonesian flag raised 17 August 1945.jpg
Soekarno, Hatta selaku pimpinan PPKI dan Radjiman Wedyodiningrat sebagai mantan ketua BPUPKI diterbangkan ke Dalat, 250 km di sebelah timur laut Saigon, Vietnam untuk bertemu Marsekal Terauchi. Mereka dikabarkan bahwa pasukan Jepang sedang di ambang kekalahan dan akan memberikan kemerdekaan kepada Indonesia. Sementara itu di Indonesia, pada tanggal 10 Agustus 1945, Sutan Syahrir telah mendengar berita lewat radio bahwa Jepang telah menyerah kepada Sekutu. Para pejuang bawah tanah bersiap-siap memproklamasikan kemerdekaan RI, dan menolak bentuk kemerdekaan yang diberikan sebagai hadiah Jepang.
Pada tanggal 12 Agustus 1945, Jepang melalui Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam, mengatakan kepada Soekarno, Hatta dan Radjiman bahwa pemerintah Jepang akan segera memberikan kemerdekaan kepada Indonesia dan proklamasi kemerdekaan dapat dilaksanakan dalam beberapa hari, tergantung cara kerja PPKI.[1] Meskipun demikian Jepang menginginkan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 24 Agustus.
Dua hari kemudian, saat Soekarno, Hatta dan Radjiman kembali ke tanah air dari Dalat, Sutan Syahrir mendesak agar Soekarno segera memproklamasikan kemerdekaan karena menganggap hasil pertemuan di Dalat sebagai tipu muslihat Jepang, karena Jepang setiap saat sudah harus menyerah kepada Sekutu dan demi menghindari perpecahan dalam kubu nasionalis, antara yang anti dan pro Jepang. Hatta menceritakan kepada Syahrir tentang hasil pertemuan di Dalat. Soekarno belum yakin bahwa Jepang memang telah menyerah, dan proklamasi kemerdekaan RI saat itu dapat menimbulkan pertumpahan darah yang besar, dan dapat berakibat sangat fatal jika para pejuang Indonesia belum siap. Soekarno mengingatkan Hatta bahwa Syahrir tidak berhak memproklamasikan kemerdekaan karena itu adalah hak Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Sementara itu Syahrir menganggap PPKI adalah badan buatan Jepang dan proklamasi kemerdekaan oleh PPKI hanya merupakan 'hadiah' dari Jepang (sic).
Indonesia flag raising witnesses 17 August 
1945.jpg
Pada tanggal 14 Agustus 1945 Jepang menyerah kepada Sekutu. Tentara dan Angkatan Laut Jepang masih berkuasa di Indonesia karena Jepang telah berjanji akan mengembalikan kekuasaan di Indonesia ke tangan Sekutu. Sutan Sjahrir, Wikana, Darwis, dan Chaerul Saleh mendengar kabar ini melalui radio BBC. Setelah mendengar desas-desus Jepang bakal bertekuk lutut, golongan muda mendesak golongan tua untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Namun golongan tua tidak ingin terburu-buru. Mereka tidak menginginkan terjadinya pertumpahan darah pada saat proklamasi. Konsultasi pun dilakukan dalam bentuk rapat PPKI. Golongan muda tidak menyetujui rapat itu, mengingat PPKI adalah sebuah badan yang dibentuk oleh Jepang. Mereka menginginkan kemerdekaan atas usaha bangsa kita sendiri, bukan pemberian Jepang.
Soekarno dan Hatta mendatangi penguasa militer Jepang (Gunsei) untuk memperoleh konfirmasi di kantornya di Koningsplein (Medan Merdeka). Tapi kantor tersebut kosong.
Soekarno dan Hatta bersama Soebardjo kemudian ke kantor Bukanfu, Laksamana Muda Maeda, di Jalan Medan Merdeka Utara (Rumah Maeda di Jl Imam Bonjol 1). Maeda menyambut kedatangan mereka dengan ucapan selamat atas keberhasilan mereka di Dalat. Sambil menjawab ia belum menerima konfirmasi serta masih menunggu instruksi dari Tokyo. Sepulang dari Maeda, Soekarno dan Hatta segera mempersiapkan pertemuan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada pukul 10 pagi 16 Agustus keesokan harinya di kantor Jalan Pejambon No 2 guna membicarakan segala sesuatu yang berhubungan dengan persiapan Proklamasi Kemerdekaan.
Sehari kemudian, gejolak tekanan yang menghendaki pengambilalihan kekuasaan oleh Indonesia makin memuncak dilancarkan para pemuda dari beberapa golongan. Rapat PPKI pada 16 Agustus pukul 10 pagi tidak dilaksanakan karena Soekarno dan Hatta tidak muncul. Peserta rapat tidak tahu telah terjadi peristiwa Rengasdengklok.

Rabu, 16 Januari 2013

pasar (ips)


P A S A R
   




Pengertian Pasar atau Definisi Pasar adalah tempat bertemunya calon penjual dan calon pembeli barang dan jasa.
Di pasar antara penjual dan pembeli akan melakukan transaksi. Transaksi adalah kesepakatan dalam kegiatan jual-beli.  Syarat terjadinya transaksi adalah ada barang yang diperjual belikan, ada pedagang, ada pembeli, ada kesepakatan harga barang, dan tidak ada paksaan dari pihak manapun.
Jenis-Jenis Pasar
Jenis pasar menurut bentuk kegiatannya. Menurut dari bentuk kegiatannya pasar dibagi menjadi 2 yaitu pasar nyata ataupun pasar tidak nyata(abstrak).  Maka kita lihat penjabaran berikut ini:
  • Pasar Nyata.
Pasar nyata adalah pasar diman barang-barang yang akan diperjual belikan dan dapat dibeli oleh pembeli. Contoh pasar tradisional dan pasar swalayan.
  • Pasar Abstrak.
Pasar abstrak adalah pasar dimana para pedagangnya tidak menawar barang-barang yang akan dijual dan tidak membeli secara langsung tetapi hanya dengan menggunakan surat dagangannya saja. Contoh pasar online, pasar saham, pasar modal dan pasar valuta asing.
Jenis pasar menurut cara transaksinya. Menurut cara transaksinya, jenis pasar dibedakan menjadi pasar tradisional dan pasar modern.
  • Pasar Tradisional
Pasar tradisional adalah pasar yang bersifat tradisional dimana para penjual dan pembeli dapat mengadakan tawar menawar secar langsung. Barang-barang yang diperjual belikan adalah barang yang berupa barang kebutuhan pokok.
  • Pasar Modern
Pasar modern adalah pasar yang bersifat modern dimana barang-barang diperjual belikan dengan harga pas dan denganm layanan sendiri. Tempat berlangsungnya pasar ini adalah di mal, plaza, dan tempat-tempat modern lainnya.
Jenis – Jenis Pasar menurut jenis barangnya. Beberapa pasar hanya menjual satu jenis barang tertentu , misalnya pasar hewan,pasar sayur,pasar buah,pasar ikan dan daging serta pasar loak.

cerpen cinta remaja


Toko Mutiara
Cinta Pada Sebuah Mimpi
oleh: Andri Rusly

Cerpen Cinta Remaja
Cerpen.Gen22.net - Dialah Tiara atau biasa dipanggil Ara. Cantik, manis, dan pintar. Andre terkadang merasa minder apabila berada di dekat Tiara. Andre bisa dibilang beruntung sekali bisa dekat dan akrab dengan Tiara. Meskipun Andre agak telmi tapi Tiara tidak pernah bosan untuk memberikan advice atau nasehat-nasehat yang membuat Andre semangat dan bangkit kembali. Duh, Tiara di mata Andre adalah sebagai guru sekaligus cewek ‘super’. Belum ada yang bisa menandingi Tiara. Baru kali ini kayaknya Andre bisa menilai sosok cewek yang betul-betul baik dan sempurna. “Kau begitu sempurna di mataku kau begitu indah…..” begitu Andre menyanyikan lagunya Andra and The Backbone setiap Andre menghayalkan sosok Tiara di kamarnya.Sampai tidak terasa sudah setahun persahabatan mereka berdua, tanpa disadari ada perubahan dalam diri Andre. Tiara bukan saja sebagai teman. Tapi lebih dari itu. Entah darimana awalnya perasaan itu. Atau seringnya kebersamaan dapat menimbulkan cinta?

“Bisa juga begitu Ndre” kata Jo suatu ketika mereka bertemu, ”karena sering bertemu bisa menimbulkan cinta. Tapi apa kamu nggak takut kalau persahabatan kamu rusak gara-gara cinta?” Jo mencoba memberi pandangan.

“Iya juga tapi mau bagaimana lagi Jo? Cinta kan nggak bisa ditahan kapan mau datangnya?”

“Benar, Ndre, kamu tahu nggak? Cinta adalah api yang dingin. Siapa yang mendekatinya tidak akan terbakar tetapi tertangkap”

“Huu, omonganmu seperti profesor. Lagi encer, ya pikiran kamu?.”

“Iya dong, memangnya kamu, Ndre! Tahunya cuma pacaran doang. Nggak tahu makna sebenarnya apa itu cinta ”

“Halah Jo….ini juga kamu lagi kadang-kadang pinternya. Cuma gara-gara tadi makan bakso Malang aja, kan mangkanya pikiran kamu encer?”

“Hahaha….!” Keduanya tertawa bersama melepas kejenuhan.

Hari itu Andre merasa gelisah. Entah kenapa Tiara begitu kuat melekat dalam pikirannya. Andre mencoba untuk bersikap biasa seperti hari-hari sebelumnya. Huh, tetap tidak bisa juga. Sampai suatu ketika ada yang tidak beres terjadi pada Tiara. Tadi dia menelpon Andre dan cerita panjang lebar tentang perlakuan Toto. Andre panas mendengarnya, Andre cemburu. Berani-beraninya Toto nggodain Tiara. Menyakiti Tiara. Dalam kamus Andre adalah jangan sampai Tiara disakiti oleh siapapun.

“Kamu tenang ya, Ra” bujuk Andre kepada Tiara. “Kamu gak usah terlalu sedih begitu. Kan masih ada aku”

“Iya, makasih Ndre” Terdengar isak tangisnya tersendat-sendat dari seberang sana. Andre semakin trenyuh mendengarnya.

Dimatikannya handphone. Dipikirkannya baik-baik cara membalas sakit hati Tiara. Hmm….Andre sudah gelap mata. Tangannya mengepal keras. Dan benar keesokan harinya Tiara mendengar kabar Toto sudah berada di rumah sakit. Mukanya babak belur, matanya bengkak, hidungnya berdarah dan masih banyak lagi. Tapi mengapa tiba-tiba Tiara datang ke rumah Andre malah melabraknya habis-habisan. Tiara marah besar kepada Andre.

“Pokoknya aku nggak mau menganggap kamu sahabat aku lagi. Aku nggak mau meliat kamu lagi, Ndre. Kamu jahat!” begitu ancaman Tiara sambil meninggalkan Andre.

Andre bingung. Belum sempat Andre bertanya kenapa, Tiara sudah pergi meninggalkan Andre. Aduh, ada apa dengan Tiara? Kok tiba-tiba marah seperti itu. Tidak biasanya Tiara semarah itu. Hancur sudah. Semua kenangan manis waktu bersama Tiara musnah. Tidak ada lagi cewek ‘super’ dalam diri Andre. Tidak ada lagi cewek cantik sekaligus guru dalam diri Andre. Sampai-sampai Andre mendengar kabar Tiara pacaran dengan Toto.

“Pantas saja Tiara marah besar. Rupanya Tiara nggak rela kalau Toto aku labrak?” bisik hati Andre.

Bertambah pilu hati Andre. Hilang harapannya untuk mendapatkan Tiara. “Kenapa dulu tidak aku ungkapkan saja perasaan cintaku pada Tiara?” Sekarang Andre sudah benar-benar merasa kehilangan. pegangan.

Sejak itu Andre menjadi banyak melamun. Apalagi ketika berpapasan dengan Tiara di jalanpun Tiara cuek saja. Seakan-akan tidak pernah mengenal Andre. Andre cuma bisa menatap Tiara dari kejauhan. Tanpa bisa menggandeng lagi tangannya, tanpa bisa lagi bercanda dengan Tiara. Gone with the wind. Terbang bersama angin.

Siang itu matahari begitu terik. Biasanya siang hari begini terasa begitu sejuk karena waktu itu berjalan bergandengan tangan bersama Tiara. Sambil bercanda bersama sepanjang jalan. Terasa sekali Andre kini sendiri. Entah sampai kapan sendiri itu terus berlanjut.

Tiba-tiba Lamunan Andre buyar ketika di hadapannya telah hadir lima orang anak muda. Wajahnya sangar. Tubuhnya tinggi tegap.

“Heh, kamu Andre, ya?” tanya salah seorang dari mereka. Andre mengangguk. Belum sempat Andre bertanya apalagi berpikir wajahnya sudah dihajar. Bak ! Buk! Brak! Aduh! Auw!. Huh, five in one!. Tidak tanggung-tanggung lima lawan satu. Jelas sekali Andre sekarang yang babak belur. Masuk rumah sakit. Sepi. Sunyi. Dimana-mana serba putih termasuk perban di wajahnya. Hmm, kasihan Andre. Kini hanya bisa tergolek lemah tak berdaya. Cuma ada seseorang wanita yang rajin menemani Andre yaitu Retna. Teman sekelas Andre. Setiap waktu Retna yang selalu menemani Andre sambil membawa segala macam makanan dan buah-buahan. Cerita sana-sini untuk menghibur Andre.

Tiba-tiba timbul dalam hati Andre cewek super selain Tiara. Betulkah Retna cewek super pengganti Tiara? Retna yang selalu menemani Andre di saat Andre menderita, Retna yang selalu bercerita tentang mimpi-mimpi indah, tentang apa itu cinta. Ya, Retna yang telah menemukan Andre dalam keterasingan. Dalam ketakberdayaan. Dalam kesendirian.

“Makasih ya, Na, kamu sudah menyempatkan waktu buat menemaniku” suara Andre lemah. Sambil menahan sakit di bibirnya yang pecah terkena bogem mentah lima pemuda tempo hari.

“Ah, nggak usah sentimentil begitu. Aku ikhlas kok. Bukan saja karena aku sayang kamu, tapi karena aku hanya ingin menjadi orang yang kamu butuhkan di saat apapun” suara Retna serak karena tertahan oleh air mata yang membasahi pipinya.

“Maafkan aku Na, aku sudah tidak mempedulikan kamu selama ini?” kata Andre sambil menyeka air mata Retna dengan telapak tangannya.

“Tidak apa apa, Ndre. Aku menyadari itu. Kamu tidak mencintaiku”

Mata Andre basah. Dipandanginya Retna. “Dalam bening bola matamu, kau pandang aku, dalam putihnya hati kita, entah aku yang membutuhkanmu atau kamu yang mencintaiku?” hati Andre terus bergumam. Menilai-nilai apakah Retna telah hadir untuk mengusir kesepiannya, untuk mengisi relung hatinya yang paling dalam…?

Beruntung Andre cepat sembuh. Seperti biasa Andre berangkat ke sekolah namun tiba-tiba matanya menangkap dari kejauhan Toto dan komplotannya petentang-petenteng. Semakin angkuh sambil menggandeng Susi. “Cewek mana lagi tuh yang digandeng Toto?” Bisik hati Andre. Pikirannya langsung tertuju kepada Tiara. jangan-jangan telah terjadi sesuatu terhadap Tiara. Terus berkecamuk. Gelisah. Hingga jam istirahat Andre memintak ijin untuk pulang sekolah lebih cepat. Dan langsung ke rumah Tiara.

Sampai disana benar juga telah terjadi sesuatu. Kelihatan Tiara habis menangis. Matanya merah, basah oleh air mata.

“Toto sudah mutusin aku, Ndre” suara Tiara sambil menangis. Andre sedih mendengarnya. “Aku terlalu bermimpi” kata Tiara kembali. “Padahal aku nggak tahu cara-cara meraih mimpi. Dulu aku terlalu menaruh harapan-harapan manis kepada Toto, hingga aku tega meelupakan kamu, Ndre. Sekarang aku menanggung akibatnya. Kamu dulu pernah memberikan pelajaran bagaimana caranya meraih mimpi tapi aku yang bodoh tidak mau menuruti kata-kata kamu. Sekarang pasti kamu nggak mau menerima aku lagi. Iya kan, Ndre?”

Andre kebingungan. Baru kali ini Andre melihat Tiara menangis. “Ra, aku nggak pernah melihat matamu menangis saat kamu menatap angkuhnya dunia, bibirmu tak pernah berucap sesal saat kamu hadapi berjuta kegetiran. Namun sepenggal cinta telah mampu mengoyakkan indahnya matamu hingga kering airmata, sepenggal cinta telah mampu menggetarkan bibirmu untuk berucap cinta”

Tangan Andre memeluk erat tubuh Tiara. Ada rasa rindu bergelayut dalam dadanya. Ada rasa kangen bersemayam dalam hatinya. Pikirannya dipenuhi seribu tanya sejuta bimbang. Tiba-tiba terbayang wajah Retna. Cewek ‘super’ yang selalu menemani Andre saat Andre mengalami kesusahan, yang selalu memberi semangat saat Andre patah semangat. Sekarang Andre dihadapkan kembali pada sosok diri Tiara, cewek ‘super’ yang sudah pertama kali sanggup membuat Andre uring-uringan. Apa benar cinta sejati datang pada saat cinta pertama, dan cinta selanjutnya adalah cinta yang dibuat dengan perhitungan? Sekarang Andre dituntut oleh dua kenyataan. Tiara dan Retna. Mereka sama-sama cewek ‘super’. Sama-sama memberikan kesan manis. Sekarang Andre yang merasa bodoh. Andre tidak mampu meraih mimpi-mimpi manisnya. Andre tidak punya lagi guru yang super yang bisa mengajarkan bagaimana caranya meraih mimpi, bagaimana caranya meraih harapan-harapan manis. Andre tidak mampu…
T A M A T