CERPEN LUCU - SALAH NURUNIN RESLETING
Tumini seorang wanita
dewasa pegawai sebuah kantor swasta asing pagi itu mau berangkat kerja
dan lagi menunggu bus kota di mulut gang rumahnya. Seperti biasa pakaian
yang dikenakan cukup ketat, roknya semi-mini, sehingga bodinya yang
seksi semakin kelihatan lekuk likunya.
Bus kota datang, tumini berusaha
naik lewat pintu belakang, tapi kakinya kok tidak sampai di tangga bus.
Menyadari keketatan roknya, tangan kiri menjulur ke belakang untuk
menurunkan sedikit resleting roknya supaya agak longgar.
Tapi, ough, masih juga belum
bisa naik. Ia mengulangi untuk menurunkan lagi resleting roknya. Belum
bisa naik juga ke tangga bus. Untuk usaha yang ketiga kalinya, belum
sampai dia menurunkan lagi resleting roknya, tiba-tiba ada tangan kuat
mendorong pantatnya dari belakang sampai Marini terloncat dan masuk ke
dalam bus.
Tumini melihat ke belakang ingin tahu siapa yang mendorongnya, ternyata ada pemuda gondrong yang cengar-cengir melihat Tumini.
“Hei, kurang ajar kau. Berani-beraninya nggak sopan pegang-pegang pantat orang!”
Si pemuda menjawab kalem, “Yang
nggak sopan itu situ, Mbak. Masak belum kenal aja berani-beraninya
nurunin resleting celana gue.”
CERPEN LUCU - LAUT SAMADENGAN ISTIRAHAT |
Pak Ujang adalah salah
satu warga kota Bandung yang kini tinggal di kota Surabaya. Selama
delapan tahun ini dia tinggal di Surabaya bersama sang istri tercinta
yang kebetulan asli orang Surabaya.
Seperti pada hari-hari
sebelumnya, dia melewati aktifitas hariannya dengan bekerja di salah
satu perusahaan swasta yang terletak di Surabaya Timur. Sampai suatu
sore dia mengalami kejadian yang menggelikan karena selama delapan tahun
tinggal di Surabaya dia baru tahu kalau laut (bahasa jawa), dalam
bahasa Indonesia berarti istirahat.
Jam dinding telah menunjuk pukul
4 sore, waktunya Pak Ujang beserta karyawan yang lain untuk pulang dari
tempatnya bekerja. Sesampainya didepan pintu gerbang perusahaan, ia
dihampiri seorang pemuda yang mencoba bertanya kepadanya. “Permisi Pak,
nderek tangglet, satpame sampun laut to pak?, tanya pemuda tadi yang
diketahui bernama Jono. (Dalam bahasa Indonesia berarti “Permisi Pak,
mau tanya, apakah satpamnya sudah beristirahat?”).
“Sanes Mas, satpame sakeng
angkatan darat”, jawab Pak Ujang. (Artinya “Bukan Mas, satpamnya berasal
dari angkatan darat”, karena mengira kalau arti dari pertanyaan Si Jono
adalah “Permisi Pak, mau tanya, apakah satpamnya dari angkatan laut?”).
Mendengar jawaban tersebut, Jono
menjadi bingung. Dalam benaknya Jono berfikir mungkin suaranya kurang
lantang sehingga Bapak tersebut kurang mendengar pertanyaannya. Kemudian
dia kembali bertanya “Satpame wes laut to Pak?”. (Dalam bahasa
Indonesia berarti “Apakah satpamnya sudah beristirahat?”).
Pak Ujang kembali menjawab,
“Sanes Mas, Satpame ndugi angkatan darat”. (Yang artinya “Bukan Mas,
Satpamnya dari angkatan darat”).
Mendengar jawaban itu Jono
merasa sedikit kesal, kemudian dia memutuskan kembali bertanya dengan
memakai Bahasa Indonesia. “Paak...!, apakah satpam di sini sedang
beristirahat?”, tanya si Jono.
“Ya..., bener Mas. Satpam disini
sedang beristirahat. Memangnya Mas ada perlu apa?”, jawab Pak Ujang
yang kembali bertanya kepada Jono.
“Paman saya, namanya Pak Arif
adalah salah satu satpam di perusahaan ini. Saya ingin menemuinya karena
ada keperluan keluarga yang sangat penting yang ingin saya sampaikan
kepadanya”, jawab Jono.
“Anda langsung aja ke bagian
informasi yang terletak di gedung A lantai satu”, tutur Pak Ujang sambil
menunjuk salah satu gedung yang berwarna biru.
“Terima kasih atas bantuannya
Pak”, lanjut si Jono sambil melangkahkan kaki ke gedung A. Pak Ujang pun
kembali menghidupkan motornya dan lansung tancap gas menuju rumah.
Sesampainya di rumah, Pak Ujang
langsung menceritakan peristiwa tadi kepada istrinya. Spontan saja
istrinya tertawa mendengar cerita dari sang suami. Lalu si istri bilang
sama sang suami “Mas iku yo’opo seh..., lek dek bahasa Indonesia, laut
iku...., artine istirahat”. (Dalam bahasa Indonesia berarti “Mas itu
gimana sih..., kalau di Bahasa Indonesia, laut itu artinya istirahat”).
Spontan aja Pak Ujang tersenyum
menahan malu mendengar penjelasan dari sang istri. Dalam hatinya dia
berkata “Saya ini sudah delapan tahun di Surabaya, kok saya baru tahu
kalau laut itu berarti istirahat”.
CERPEN LUCU - INTERISTI SEJATI |
Karena tidak mempunyai
tiket untuk menonton pertandingan secara langsung, seorang interisti,
julukan bagi suporter fanatik Inter Milan mencoba memasuki stadion
dengan cara memanjat tembok stadion Geusepe Meaza untuk melihat derbi
klasik antara AC Milan vs Inter Milan. Setelah berhasil memasuki
stadion, dia melihat satu tempat duduk belum terisi dan disebelahnya
duduk seorang Kakek yang dengan tenang menunggu dimulainya derbi itu.
Interisti yang belakangan diketahui bernama Francisco Tapanuli itu
kemudian mendatangi si Kakek dan bertanya kepadanya, “Permisi Kek,
apakah tempat duduk di sebelah anda ini memang kosong atau ada orang
lain yang akan menempatinnya tetapi belum datang kesini?”.
Kakek yang memakai kaos bermotif
garis biru hitam, (Seragam tim Inter Milan) lengkap dengan syal
bertuliskan Internazionale Milano itu menjawab, “Tempat duduk ini memang
kosong!. Kalau mau anda boleh menempatinya!”.
“Terima kasih Kek!”, jawab
Fransisco sambil duduk di sebelah Kakek itu. “Ngomong-ngomong, kenapa
anda menonton pertandingan ini sendirian?”, lanjut Francisco.
“Selama lebih dari 20 tahun,
saya bersama istri saya tak pernah sekalipun melewatkan derbi antara
Inter Milan vs AC Milan, dan biasanya dia duduk di tempat duduk yang
sedang anda tempati sekarang”, jawab si Kakek.
“Terus, dimana istri anda sekarang Kek?”, tanya Francisco dengan penasaran.
Dengan memandang ke wajah Fancisco Kakek menjawab, “Dia sudah meninggal dunia!”.
Mendengar jawaban Kakek, Francisco berkata, “Oh... Maaf Kek. Saya turut berbelasungkawa atas meninggalnya istri anda”.
“Terima kasih!”, tutur si Kakek.
Francisco dan Kakek terdiam.
Beberapa saat kemudian Francisco
kembali bertanya kepada si Kakek, “Kenapa anda tidak mengajak kerabat
yang lain untuk menonton pertandingan ini?”.
“Sekarang mereka semua sedang sibuk!”, jawab Kakek.
“Sibuk apa mereka Kek?”, Francisco bertanya lagi.
Dengan tenang si Kakek menjawab, “Mereka sedang menghadiri pemakaman istri saya”.
Francisco, “...!!!”, (dalam hati dia berkata, “Bener-bener Interisti Sejati”).
Suatu hari Bu Evi,
guru Bahasa Inggris di SMU Harapan Makmur, memberi tugas siswa kelas
sepuluh IPA untuk mencari sebuah artikel di internet yang membahas
tentang flora dan fauna. Tugas itu dikerjakan secara berkelompok dan
setiap kelompok akan dipilih secara acak. Setelah dilakukan pengacakan
terbentuklah beberapa kelompok dan setiap kelompoknya terdiri dari 3
orang.
Salah satu kelompok dari
beberapa kelompok yang ada adalah kelompok III yang terdiri dari Novi,
Ani dan Ria. Mereka bertiga sepakat berbagi tanggung jawab dalam
menyelesaikan tugas dari Bu Evi. Secara kebetulan Novi bertugas untuk
mencari artikel di internet, Ani bertugas menterjemahkan artikel kedalam
bahasa Indonesia dan Ria bertugas untuk mengetik, mencetak dan
mengumpulkan artikel tersebut ke Bu Evi.
Sepulang sekolah, mereka bertiga
berjalan bersama. “Nov..., jangan lupa yach..., kamu cari artikel di
internet!”, tutur Ani kepada Novi.
“Tenang aja, semua pasti
beres!”, jawab Novi dengan meyakinkan. Tetapi dalam hati dia sangat
bingung. Jangankan internet, komputer saja Novi masih belum mahir
mengoperasikannya.
Karena terpaksa, sore itu Novi
memberanikan diri untuk pergi ke warnet untuk melaksanakan tugasnya.
Sesampainya di warnet, dia langsung duduk menghadap sebuah komputer dan
mengotak-atiknya.
Satu jam telah berlalu, keringat
dingin telah membasahi Novi, karena selama itu dia belum lakukan
apa-apa, hanya otak atik mouse dan keyboard. Dengan menahan rasa malu,
Novi memberanikan diri untuk bertanya kepada Mbak yang sedang jaga
warnet. “Permisi Mbak..., boleh tanya!. Gimana ya... cara membuka
internet itu?”.
“Lho... selama satu jam itu kamu ngapain aja?”, Mbak itu balik bertanya kepada Novi.
“Aku cuman otak atik mouse ama keyboard aja, nggak ada yang lain!”, jawab Novi sembari menahan rasa malu yang semakin besar.
Mendengar jawaban tersebut, Mbak
itu terkejut dan sambil menahan tawa dia berkata, “Ya sudahlah...,
nggak apa-apa, nanti kuajarin bagaimana caranya!”.
Seketika wajah Novi nampak lega karena ada yang mau berbaik hati mengajari bagaimana cara berinternet.
Singkat cerita, Mbak penjaga warnet tersebut beralih profesi menjadi guru kursus kilat belajar internet.
Esoknya Novi bertemu Ani dan Ria
di sekolah. Kemudian Novi menceritakan pengalamannya di warnet kemarin.
Setelah mendengar cerita tersebut, spontan saja mereka berdua tertawa.
Tiba-tiba saja Ani menyahut, “Bentar-bentar..., aku mau ngomong nih.
Jujur aja yach..., waktu pembagian tugas kemarin, aku berharap enggak
kebagian tugas mencari artikel di internet, soalnya aku juga gapnet
alias gagap internet, ha... ha... ha..”.
Spontan saja Novi bertanya, “Hah..., An... kamu juga gapnet ta?, kalau kamu Ria?”.
Sambil menahan tawa dan menundukkan kepala Ria menjawab, “Aku juga gapnet!”.
“ha.. hhaa... hhhaaa...!.”.
Icha adalah salah satu
karyawan hotel berbintang lima di Surabaya. Suatu hari dia mendapat
telepon dari Fitri, teman masa kecilnya dan merekapun terlarut dalam
obrolan hangat. Setelah beberapa lama mengobrol, mereka mempunyai ide
untuk bertatap muka secara langsung guna melepas kerinduan diantara
mereka. Karena Icha sangat sibuk dengan pekerjaanya dan tak bis
meninggalkannya sedetikpun, mereka memutuskan untuk bertemu di tempat
Icha bekerja yaitu di hotel Saturnus lantai 10 blok 01.
Singkat cerita, Fitri menuju hotel Saturnus. Sesampainya di lantai satu, Fitri kembali menelepon Icha.
Fitri : Hallo... Cha... sekarang aku sudah berada di lantai satu, tolong jemput aku yach!
Icha : Kamu langsung naik aja ke lantai sepuluh, liftnya disebelah resepsionis.
Fitri : Aku gak berani naik
sendirian, aku kan orang asing di hotel ini, entar aku dikira orang
jahat lagi!. Jemput aku dong, please...
Icha : Ya... okelah!. Tunggu bentar, jangan kemana-mana!.
Setelah beberapa saat menunggu, batang hidung Icha muncul juga dan Icha mengajak temannya itu untuk naik ke lantai sepuluh.
Icha : Aku heran sama kamu sekarang!.
Fitri : Emang kenapa dengan aku Cha?.
Icha : Dulu, waktu di sekolah,
kamu kan cewek paling pemberani diantara yang lain, sampai-sampai kamu
dijuluki cewek superman. Kok sekarang mau nemui aku aja minta dijemput
segala!.
Fitri : (sambil berbisik dan sedikit menahan tawa), Jujur aja Cha..., sebenarnya aku itu gak tau cara menggunakan lift...!.
Icha : Hah....!!!???